Menuju Utara melirik barat

tidak ada newyorkkarto hari ini…(sedikit memelintir kata dari penyair cinta di film AADC2).

Hiruk pikuk perjalanan menuju utara hari ini tetap seperti hari-hari sebelumnya,semrawut berebut digaris terdepan saat sampai di perempatan. Lampu hijau tanda boleh berjalan tetap menjadi idola pengendara yang tergesa, bekerja belajar jemput pacar hingga antar ibu ke pasar mewarnai pemandangan jalan menuju utara, klakson-klakson menyela dari kendaraan yang hampir seragam,becak hasil mutilasi satu merek motor menikung tiba-tiba tanpa tanda. Menuju utara semakin hari semakin membutuhkan banyak strategi karena begitu menguras tenaga dan menguji kesabaran untuk sampai di tujuan. Begitulah jogja,kata seorang teman yang sudah lama tinggal dan menjadi warga jogja, utara seolah kepala selatan seolah kaki, diantaranya adalah berbagai persoalan yang lengkap seperti tubuh dalam keseluruhan anatomi. pengandaian ini saya kira bisa saja sah dan wajar terutama oleh sebagian warga jogja selatan, warga selatan dengan pipi sebelah kanan berwarna  kehitaman karena cahaya matahari pagi dan sore selalu datang dari arah kanan pada waktu pergi dan pulang mencari makan,sebagian yang lain menuju utara adalah menuju arah dimana berbagai hiruk pikuk debu-debu beterbangan beserta pikiran-pikiran kemajuan yang mampat pertokoan hotel bintang sekolah-sekolah tak ramah lingkungan, dan dia berjajar dengan halaman keramat keraton yang disitu kebiasaan antri tidak diwariskan, sudahlah…

Satu pemikiran pada “Menuju Utara melirik barat

Tinggalkan komentar