Masih Menuju Kesana

Realitas bertabrakan sana sini, halaman keraton lengang dipagi hari hanya tampak pedagang kaki lima yang bandel susah ditertibkan bahkan oleh gubernur yang merangkap ingkang sinuhun kanjeng sultan,kadang juga terlihat lelaki setengah baya dengan atribut jawa jogja lengkap dengan sebilah keris berwarangka ladrangnya. Menunduk hormat ketika kerabat keraton mendekat.

Dari selatan nenuju utara menuai bermacam tanya,selatan yang teranggap sebagai zona nyaman sedikit terusik oleh perjalanan kebekuan pikiran.menuju utara harus fokus, se fokus masha dan beruangnya,meskipun dijalanan terhampar pemandangan yang kabur.tabrakan visual,kejadian carut marut seperti yang digambarkan salvador dali..tembok keraton seolah tak saling sapa dengan hotel, mall, dan kantor,meski kuli gendong saling menyapa dengan tikus-tikus mall, dijalanan dan pusat keramaian hijaber dengan kerudung berjuntai ,bergelung-gelung seperti peserta karnaval rio sibuk menciptakan aurat baru berlindung pada kata-kata syar’i dan da’i klimis di tv,perempuan dengan celana ketat dan celana gemes mengobral paha mengurai udel mempertontonkan belahan pantat dan dadanya, di salah seorang dari mereka tato ikan koi jepang  terlihat seperti ikan lele godean di paha…perayaan kebebasan aktualisasi diri dengan kiblat persilangan korea jepang amerika,serta racun sinetron dan telenovela.begitu juga ,laki-laki dengan pomade klimis lengkap dengan wajah dan tampilan seperti dimajalah serta tato imut, nampang hanya untuk menyamakan atribut dalam kumpulannya serta mungkin usaha menjerat selangkangan perempuan yang sedang terombang ambing tren dan pertanyaan ke-dirian.

yogyakarta yang kadang hujan disana kering disini menjadi panggung bermacam pertunjukan, lengkap dengan lampu sorot warna warni, hingga banci yang mangkal di BI semakin berani mengingkari dirinya laki-laki. 

Semakin sampai diutara rasanya, gerbang besar,gedung dengan tulisan tebal, kamera menoleh kiri kanan.berasa gedung-gedung itu dibangun untuk sedikit intimidasi bagi orang baru yang memasuki, sandal jepit disilang,rok mini disilang,rokok disilang..

utara memang kepala, sandal jepit tidak boleh diatasnya,begitu juga rok mini…utara adalah kepala melihat kemana saja, lirik sana lirik sini..dan saat ini saya merasa utara sedang melirik kearah matahari jam 5 sore, karena kata katanya mulai susah dicerna, masalah semantik sering jadi perhatian jika menggunakan bahasa biasa…hmm.

aku sudah sampai utara dan akan nenuju kebarat..

Sewon, yogyakarta

Satu pemikiran pada “Masih Menuju Kesana

Tinggalkan komentar